Tubuh manusia merupakan “mesin” luar biasa yang bisa menjalankan banyak proses rumit, salah satunya siklus menstruasi. Siklus yang membuat kamu kedatangan tamu bulanan ini sendiri terdiri atas empat tahap, yaitu fase menstruasi, fase folikular, ovulasi, dan fase luteal.
Nah, sekarang kita akan bahas salah satu fase penting yang disebut ovulasi. Apa itu ovulasi dan apa aja yang terjadi selama fase yang satu ini? Berikut ulasan lengkapnya.
Baca juga: 7 Cara Lewati Masa Menstruasi dengan Nyaman, Wajib Coba!
Apa itu ovulasi?
Ovulasi adalah proses ketika sel telur yang udah matang dilepaskan dari ovarium. Setelah lepas, sel telur lalu bergerak ke tuba falopi dan “menunggu” selama 12–24 jam untuk dibuahi oleh sperma.
Masa ovulasi biasanya terjadi sekitar 13–15 hari sebelum mulainya menstruasi. Jadi, jika kamu haid pada tanggal 16 Februari, ada kemungkinan sel telur di dalam tubuhmu keluar dari ovarium pada tanggal 1–3 Februari.
Waktu ovulasi biasanya jadi patokan orang-orang yang sedang berencana untuk hamil. Pasalnya, sekitar 5–6 hari sebelum ovulasi dan hari terjadinya ovulasi terhitung sebagai masa subur. Pada kurun waktu inilah peluang hamil sedang tinggi-tingginya.
Akan tetapi, kalau sel telur di dalam tuba falopi tadi nggak dibuahi oleh sperma, ia akan bergerak menuju rahim. Setelah beberapa hari, lapisan rahim akan luruh bersama sel telur dan keluar dari vagina melalui proses yang kita kenal sebagai menstruasi.
Tahap-tahap ketika terjadi ovulasi
Setelah mengetahui apa itu ovulasi, sekarang saatnya kamu paham lebih dalam seperti apa prosesnya. Nah, proses pelepasan sel telur ini ternyata nggak cuma melibatkan organ reproduksi, tapi juga otak dan hormon-hormon yang dilepaskannya.
Secara garis besar, inilah tahap-tahap ketika terjadi ovulasi.
Sebelum ovulasi
Kelenjar hipofisis pada otak terus memproduksi follicle stimulating hormone (FSH). FSH merupakan hormon yang merangsang perkembangan folikel (“rumah” sel telur) dalam ovarium. Folikel-folikel ini nggak cuma berkembang, tapi juga menghasilkan estrogen.
Masa ovulasi
Ketika folikel udah cukup banyak menghasilkan estrogen, ovarium siap melepaskan sel telur. Otak pun memproduksi luteinizing hormone (LH) secara besar-besaran. LH inilah yang memicu pelepasan sel telur dari ovarium.
Setelah ovulasi
Sel telur udah berpindah ke tuba falopi, tapi tugas folikel sebagai “rumah”-nya sel telur tadi belum selesai. Dengan adanya LHS, folikel yang tadinya memproduksi estrogen sekarang berganti tugas jadi menghasilkan progesteron.
Progesteron yang dihasilkan folikel berguna untuk membantu terjadinya kehamilan. Namun, kalau sel telur nggak dibuahi oleh sperma, folikel lama-lama bakal mati dan nggak lagi menyediakan progesteron. Lalu, terjadilah menstruasi.
Baca juga: Apa Itu Hormon Progesteron dan Fungsinya?
Ciri-ciri kamu sedang mengalami masa ovulasi
Kondisi cairan vagina ternyata bisa menunjukkan kalau kamu lagi mengalami ovulasi, lo, Charm Girls! Tepat sebelum masa ovulasi, cairan vagina akan keluar lebih banyak dari biasanya. Setelah ovulasi, cairan tersebut akan jadi lebih kental dan berwarna putih seperti putih telur.
Ciri yang satu ini mungkin nggak begitu kentara, tapi suhu badanmu akan sedikit naik selama beberapa hari setelah ovulasi. Kalau diukur dengan termometer, suhu badanmu akan naik sekitar 0,3–0,7 derajat celsius.
Selain kedua gejala tersebut, berikut adalah beberapa perubahan yang mungkin kamu alami ketika ovulasi.
- Payudara terasa nyeri.
- Keluarnya sedikit darah dari vagina.
- Nyeri pada salah satu sisi perut.
Menurut penelitian, sekitar 40% perempuan yang mengalami ovulasi juga merasakan nyeri atau kram. Sayangnya, gejala-gejala tersebut nggak bisa dijadikan patokan yang akurat untuk mengetahui apakah kamu sedang mengalami ovulasi.
Kondisi yang mengganggu proses ovulasi
Mengetahui apa itu ovulasi nggak hanya berguna bagi orang-orang yang berencana untuk hamil, tapi juga bagi kita yang ingin lebih memahami tubuh sendiri. Ditambah lagi, ovulasi yang terganggu bisa menandakan masalah pada organ reproduksi.
Ada beberapa kondisi yang bisa menghambat proses ovulasi, antara lain kegagalan ovarium prematur, gangguan kelenjar tiroid, dan sindrom polikistik ovarium (PCOS). Nah, PCOS ini adalah salah satu faktor yang paling banyak terjadi.
PCOS merupakan gangguan hormon pada perempuan akibat hormon androgen yang terlalu tinggi. Hormon androgen ini adalah hormon seks laki-laki. Jumlah yang terlalu tinggi dalam tubuh perempuan bisa menyebabkan haid nggak teratur.
Setiap orang tentu mengalami ovulasi dalam waktu dan cara yang berbeda. Sebagai remaja pun, kamu tetap bisa melakukan beberapa hal sederhana untuk memperlancar ovulasi, kok!
Perbanyak makan makanan bergizi, jaga kesehatan reproduksi, aktiflah berolahraga, dan jangan lupa tidur yang cukup. Kalau kamu punya keluhan atau pertanyaan seputar haid, jangan malu untuk bertanya sama orang tua dan dokter, ya!
Baca juga: Hormon Mestruasi Bikin Tubuh Berjerawat? Yuk Konsumsi Ini!