Masalah kesehatan reproduksi wanita bisa muncul pada rahim. Salah satunya adalah hiperplasia endometrium, yaitu kondisi ketika dinding rahim mengalami penebalan. Kondisi ini tidak normal dan bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan serius, seperti kanker rahim.
Hiperplasia umumnya dialami oleh wanita yang sedang menuju masa menopause, tapi terkadang juga dapat memengaruhi wanita berusia muda. Setiap orang bisa mengalami kondisi ini dengan cara yang berbeda-beda, dan gejalanya juga bisa bervariasi.
Charm telah merangkum informasi seputar hiperplasia pada rahim, termasuk penyebab dan gejalanya. Yuk, cek artikel ini bersama-sama agar kamu tidak ketinggalan informasi penting dalam menjaga kesehatan reproduksi wanita!
Apa itu hiperplasia endometrium?
Hiperplasia endometrium adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan penebalan secara tidak normal pada jaringan dinding rahim (endometrium). Kondisi ini membuat ukuran rahim jadi lebih besar dari seharusnya.
Dinding rahim memang akan menebal secara rutin menjelang menstruasi. Akan tetapi, ini beda dengan penebalan dinding rahim karena hiperplasia endometrium. Hiperplasia bisa menyebabkan berbagai komplikasi dan bahkan dapat meningkatkan risiko kanker endometrium, tergantung pada jenisnya.
Para ahli kesehatan mengelompokkan hiperplasia rahim menjadi empat jenis sebagai berikut.
- Hiperplasia endometrium tipikal: perubahan sel dalam batas normal dengan risiko kanker yang rendah.
- Hiperplasia endometrium atipikal ringan: perubahan sel abnormal, tetapi risiko kanker rahim masih cukup rendah
- Hiperplasia endometrium atipikal sedang: jenis hiperplasia yang melibatkan perubahan serius pada sel-selnya. Risiko kanker rahim pun meningkat
- Hiperplasia endometrium atipikal berat: pada jenis ini, perubahan sel sangat serius dan risiko kanker rahim pun sangat tinggi
Sekitar 8% perempuan yang mengalami hiperplasia endometrium atipikal ringan berisiko mengalami kanker rahim jika kondisinya tidak diobati dengan segera. Risiko ini bahkan meningkat hampir 30% pada perempuan dengan hiperplasia endometrium atipikal berat.
Diagnosis jenis hiperplasia bisa dilihat dari perubahan sel rahim. Maka dari itu, penting untuk melakukan konsultasi ke dokter kandungan jika kamu mengalami gejala dari masalah kesehatan yang satu ini.
Gejala hiperplasia endometrium
Semua jenis hiperplasia endometrium bisa menyebabkan perdarahan tidak normal dan bahkan mengakibatkan anemia atau kekurangan darah bagi beberapa penderitanya. Masalah kesehatan ini juga memiliki gejala lain, seperti:
- perdarahan tidak normal sebelum menstruasi,
- siklus menstruasi yang sangat singkat (kurang dari 21 hari),
- perdarahan hebat saat menstruasi,
- perdarahan setelah masa menopause,
- tidak adanya menstruasi sama sekali,
- nyeri pada area panggul, dan
- kram parah pada perut bagian bawah.
Gejala-gejala ini sering muncul pada wanita yang sedang menuju masa menopause. Ini lantaran selama transisi menopause, siklus menstruasi seringkali menjadi berantakan, bahkan terkadang menstruasi tidak datang sama sekali.
Penyebab penebalan pada dinding rahim
Hiperplasia rahim bisa terjadi akibat perubahan hormonal dalam tubuh wanita, terutama jika level hormon estrogen meningkat tanpa diimbangi peningkatan level progesteron. Keduanya adalah hormon penting dalam siklus menstruasi. Jadi, jika keseimbangannya terganggu, siklus menstruasi dan kondisi rahim pun bisa terpengaruh, Charm Girls.
Selama ovulasi, hormon estrogen bertugas untuk membuat lapisan endometrium jadi tebal, sedangkan progesteron mempersiapkan rahim untuk kehamilan. Namun, jika pembuahan tidak terjadi, kadar progesteron akan mengalami penurunan.
Wanita yang mengalami hiperplasia endometrium biasanya memiliki sedikit progesteron atau bahkan tidak punya sama sekali. Rahim yang menebal karena estrogen tadi tidak mampu merontokkan diri seperti seharusnya.
Sebagai gantinya, dinding rahim terus tumbuh dan semakin tebal. Sel-sel rahim pun tumbuh tidak beraturan. Inilah yang dikhawatirkan dapat berkembang menjadi kanker rahim jika terus dibiarkan.
Di sisi lain, ada beberapa faktor risiko lain yang dapat menyebabkan pembengkakan pada rahim, termasuk:
- diabetes,
- riwayat pengobatan kanker payudara,
- riwayat keluarga dengan kanker ovarium, rahim, atau usus besar,
- terapi hormon estrogen,
- tidak pernah hamil,
- obesitas,
- sindrom ovarium polikistik (PCOS),
- penyakit tiroid, dan
- efek samping radioterapi panggul.
Pengobatan untuk hiperplasia endometrium
Ada banyak kondisi yang bisa menjadi penyebab rahim bengkak dan menebal. Untuk mendapatkan diagnosis yang akurat, kamu tentu harus berkonsultasi dengan dokter. Biasanya, dokter akan menyarankan serangkaian tes berikut.
- Ultrasonografi (USG) untuk mendeteksi apakah lapisan rahim kamu mengalami penebalan.
- Biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan lapisan rahim.
- Histeroskopi, yaitu pemeriksaan serviks secara langsung.
Setelah mendapat diagnosis yang tepat, pasien akan menjalani serangkaian prosedur pengobatan. Salah satu metode pengobatan hiperplasia adalah pemberian progestin, yaitu hormon progesteron sintetis (buatan).
Progestin tersebut hadir dalam bentuk:
- terapi pil progesteron,
- alat kontrasepsi spiral (IUD) yang mengandung progesteron,
- suntikan, serta
- krim atau gel vagina.
Jika hiperplasia endometrium yang dialami pasien sudah sangat parah, dokter mungkin akan merekomendasikan histerektomi atau pengangkatan rahim. Hal ini bertujuan untuk menghentikan perkembangan sel kanker.
Nah, itu dia informasi seputar hiperplasia endometrium. Kondisi ini memang lebih umum dialami perempuan dalam masa menopause, tetapi bukan berarti tidak bisa dialami oleh perempuan yang masih muda. Jadi, penting untuk meningkatkan kesadaran kesehatan reproduksi dan rutin berkonsultasi dengan dokter kandungan sedini mungkin!