Menstruasi pada wanita ditandai dengan keluarnya darah melalui vagina. Darah yang keluar saat haid biasanya nggak lebih dari 60 mililiter atau tiga sendok makan. Namun, jika volume darah saat haid jauh lebih banyak dari itu dan disertai nyeri panggul, ini bisa menjadi salah satu gejala adenomiosis.
Adenomiosis merupakan penyakit yang terjadi pada alat reproduksi wanita, tepatnya rahim. Kondisi ini terjadi ketika jaringan yang melapisi rahim (endometrium) tumbuh menembus dinding otot rahim (miometrium).
Rahim pun akan menebal dan terus meluruh sehingga menyebabkan perdarahan yang berkepanjangan. Nggak hanya itu, rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk pada area pinggang juga dialami oleh pengidapnya.
Lantas, apakah adenomiosis berbahaya bagi tubuh? Yuk, simak ulasan berikut ini untuk mengenal lebih jauh tentang apa itu adenomiosis!
Adenomiosis dan dampaknya bagi tubuh
Adenomiosis atau pertumbuhan jaringan di dalam otot rahim dianggap sebagai kondisi yang umum dan nggak berbahaya. Penyakit ini diperkirakan bisa mempengaruhi 20% hingga 65% wanita.
Banyak perempuan nggak menyadari bahwa mereka mengalami pertumbuhan jaringan di luar rahim karena penyakit ini jarang menimbulkan gejala. Namun, ada beberapa dampak adenomiosis pada tubuh yang perlu Charm Girls waspadai, di antaranya:
-perdarahan selama menstruasi,
-menstruasi berkepanjangan,
-penggumpalan darah saat haid,
-kram di area perut bagian bawah,
-nyeri tajam pada panggul (dismenore),
-nyeri panggul kronis,
-tekanan pada perut bagian bawah, serta pembesaran rahim.
Apa sih, penyebab adenomiosis?
Penyebab pasti dari tumbuhnya jaringan di luar rahim masih belum diketahui. Akan tetapi, beberapa studi menunjukkan bahwa hormon estrogen, progesteron, prolaktin, dan hormon perangsang folikel meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.
Ada beberapa teori penyebab adenomiosis yang ditemukan oleh peneliti. Pertama, pertumbuhan jaringan di luar rahim diduga lebih banyak terjadi pada wanita dewasa setelah melahirkan, baik melalui proses pervaginam maupun operasi.
Peradangan rahim setelah melahirkan bisa merusak lapisan rahim. Selain itu, sayatan yang dibuat ketika operasi caesar juga dapat merangsang pertumbuhan jaringan di luar rahim. Sayatan tersebut menyebabkan terdorongnya sel-sel endometrium ke dinding rahim secara langsung.
Selain itu, adenomiosis juga diduga berasal dari jaringan ekstra yang tumbuh di dalam rahim sejak remaja. Terakhir, teori terbaru menyebutkan bahwa sel induk sumsum tulang bisa “menyerang” otot rahim dan menyebabkan pertumbuhan jaringan di luarnya.
Pada umumnya, adenomiosis bisa sembuh sendiri setelah seseorang mengalami masa menopause, tepatnya 12 bulan setelah periode terakhir. Hal ini terjadi karena hormon estrogen wanita yang mendorong pertumbuhan jaringan endometrium sudah hilang.
Namun, sayangnya, karena belum ada yang tahu penyebab pasti adenomiosis, upaya pencegahan penyakit ini pun masih belum diketahui. Maka dari itu, kamu perlu waspada akan gejala dan dampak yang ditimbulkan dari kondisi ini.
Kapan harus ke dokter?
Gangguan pada alat reproduksi wanita tentu menyebabkan rasa nggak nyaman bagi penderitanya. Selain menimbulkan perdarahan saat menstruasi yang berkepanjangan, kram pada perut bagian bawah dan nyeri pada pinggul bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Oleh karena itu, jika Charm Girls mengalami gejala tersebut, segera beri tahu orang tua dan berkonsultasilah dengan dokter. Kamu akan mendapatkan diagnosis yang tepat serta rekomendasi pengobatan.
Bagaimana adenomiosis didiagnosis?
Sampai kini, satu-satunya cara akurat untuk mendiagnosis adenomiosis yaitu dengan melakukan pemeriksaan jaringan rahim lewat mikroskop. Namun, MRI dan USG juga dikembangkan untuk mendiagnosis penyakit pada alat reproduksi wanita yang satu ini.
Jika dokter mencurigai adanya jaringan abnormal pada rahim, langkah pertama yang akan dilakukan adalah pemeriksaan fisik, terutama pemeriksaan panggul. Dokter akan mendeteksi apakah ada pembesaran pada rahim dan nyeri ketika perut ditekan.
Cara selanjutnya yakni dengan menggunakan ultrasonografi alias USG. Gelombang suara akan menghasilkan gambar organ-organ di sekitar panggul. Kecurigaan adanya adenomiosis bisa ditemukan jika gambar menunjukkan adanya penebalan otot di rahim.
Pemindaian Magnetic Resonance Imagining (MRI) juga bisa menunjukkan pembesaran rahim atau penebalan otot pada area tertentu. Penebalan otot merupakan salah satu penanda adanya jaringan abnormal pada rahim.
Jika didiagnosis memiliki adenomiosis, kamu mungkin akan diarahkan untuk melakukan pengobatan hormonal atau, pada kasus yang cukup berat, operasi pengangkatan rahim (histerektomi). Hal ini bertujuan agar rasa nggak nyaman akibat jaringan abnormal pada rahim bisa teratasi.
Nah, itu dia ulasan mengenai adenomiosis. Penyakit ini memang nggak mengancam jiwa. Namun, jika gejala adenomiosis yang muncul sudah parah dan mengganggu aktivitas, segeralah berkonsultasi dengan dokter guna.
Ini penting, sebab perdarahan berlebih selama menstruasi dapat mengganggu aktivitas sehari-hari atau bahkan menyebabkan komplikasi. Salah satu contoh komplikasinya yaitu anemia alias kurang darah. Jadi, jangan abaikan gejalanya, ya!
Baca Juga Disini: