Pernahkan kamu mengalami telat haid? Atau kamu adalah salah satu dari banyaknya wanita dengan siklus haid yang nggak teratur? Entah itu haid yang hanya berupa flek kecoklatan atau perdarahan ringan dengan volume yang bervariasi.
Siklus menstruasi wanita normal biasanya berkisar antara 28–38 hari. Siklus menstruasi yang lebih lama dari itu dianggap terlambat. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan hormonal hingga kehamilan.
Telat haid akibat hormon dan kehamilan sekilas terlihat mirip sehingga banyak wanita terkecoh. Terus, apa aja perbedaan telat haid karena hormon dan hamil? Simak di sini, yuk!
Penyebab telat haid selain kehamilan
Ketika menstruasi telat datang, banyak perempuan mengira bahwa mereka akan hamil. Padahal, kehamilan bukanlah satu-satunya alasan seseorang telat haid. Perubahan hormonal, stres berlebih, dan menopause juga bisa menjadi penyebabnya..
Berikut adalah berbagai kondisi yang bisa menyebabkan telat haid selain kehamilan.
1. Stres yang berlebihan
Sudah menjadi fakta umum bahwa stres bisa memicu telatnya datang bulan. Lantaran, tekanan emosional bisa memengaruhi bagian otak yang mengontrol kelenjar hipofisis. Padahal, kelenjar tersebutlah yang mengatur hormon perangsang ovarium.
Itu sebabnya, jika kamu mengalami stres yang berlebihan, siklus menstruasi akan ikut mengalami gangguan. Darah haid juga akan keluar lebih lama dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya.
2. Olahraga yang terlalu berat
Olahraga memang baik untuk tubuh, tapi olahraga yang terlalu berat bisa mengganggu hormon tiroid dan hormon dari kelenjar hipofisis. Padahal, keduanya berperan penting dalam mengatur pelepasan sel telur yang sudah matang. Akibatnya, siklus menstruasi pun ikut terganggu dan kamu telat haid.
Jika kamu adalah atlet atau sangat hobi berolahraga, nggak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. Mintalah saran dan tips agar olahraga dan siklus haidmu bisa berjalan berdampingan secara normal.
3. Perubahan berat badan yang drastis
Hormon-hormon dalam tubuh bisa dipengaruhi oleh berat badan. Kelebihan maupun kekurangan berat badan sama-sama dapat menyebabkan masalah pada kesuburan. Jadi, jika kamu sering banget mengalami telat haid, sering-seringlah cek berat badan.
Lemak tubuh yang berlebih dapat memengaruhi pengaturan hormon progesteron dan estrogen. Sementara itu, tubuh yang terlalu kurus karena kekurangan lemak juga bisa menghambat produksi hormon, bahkan amenore (berhentinya siklus menstruasi).
4. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Sindrom ovarium polikistik adalah kondisi ketika tubuh memproduksi hormon androgen lebih banyak dari seharusnya. Ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan timbulnya kista dalam ovarium dan menyebabkan gangguan pada ovulasi.
5. Gangguan kelenjar tiroid
Salah satu fungsi kelenjar tiroid adalah mengatur siklus menstruasi dan kesuburan. Jika fungsi kelenjar ini terganggu, kamu dapat mengalami perubahan siklus haid, penurunan berat badan, dan mudah lelah.
Masalah kesehatan ini bisa diatasi melalui obat-obatan atau operasi. Setelah itu, siklus menstruasi biasanya akan kembali normal.
6. Hormon prolaktin yang berlebihan
Hormon prolaktin memiliki fungsi utama untuk merangsang produksi ASI. Nggak cuma itu, hormon ini juga membantu pengaturan siklus haid dalam tubuhmu. Jika kadarnya berlebihan, pengaturan hormon estrogen dan progesteron dapat terganggu. Akibatnya, kamu telat haid.
Perbedaan telat haid karena hormon dan hamil
Telat datang bulan akibat kehamilan dan perubahan hormonal sekilas memang terlihat mirip. Bahkan, gejala seperti muncul flek coklat sebelum haid sama-sama bisa terjadi pada orang yang hamil dan hendak haid.
Meski begitu, perlu diingat bahwa tubuh biasanya memberikan tanda kehamilan lainnya. Inilah berbagai perbedaan gejala haid dan hamil.
1. Kram perut karena haid cuma sementara
Telat haid dan kram perut sama-sama bisa menandakan gejala sindrom pramenstruasi (PMS) dan kehamilan. Akan tetapi, kram perut saat PMS biasanya terasa lama dan menyakitkan, sedangkan kram akibat hamil tergolong cepat dan ringan.
Selain itu, kram perut tanda kehamilan terasa pada perut bagian bawah dan menjalar hingga punggung. Ini terjadi karena otot dan ligamen di sekitar perut sedang mengalami peregangan akibat pembesaran rahim.
2. Nyeri payudara saat hamil terasa lebih lama
Selama hamil, produksi hormon estrogen dan progesteron akan meningkat. Pasalnya, kedua hormon tersebut berperan dalam pertumbuhan janin dalam rahim. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah nyeri dan tegang pada area payudara.
Gejala ini juga sering dikaitkan dengan gejala PMS. Bedanya, gejala nyeri payudara akibat kehamilan berlangsung lebih lama dari PMS. Selain itu, payudara pun tampak membesar serta lebih sensitif.
3. Kehamilan biasanya diiringi mual dan muntah
Rasa mual, cepat lelah, dan hilangnya nafsu makan memang bisa menjadi tanda khas kehamilan. Namun, ada juga yang mengalaminya ketika PMS, bahkan dalam tingkatan yang sangat parah.
Untuk memastikannya, kamu perlu memerhatikan siklus menstruasimu. Perbedaan telat haid karena hormon dan hamil terletak pada kapan gejala ini terjadi. Jika gejala timbul bersamaan dengan terlambatnya haid, ini bisa menandakan kehamilan.
4. Terjadi peningkatan suhu basal tubuh saat hamil
Suhu basal tubuh merupakan suhu terendah yang dicapai tubuh saat beristirahat. Bila kamu mengalami telat haid disertai peningkatan suhu basal tubuh, ini bisa jadi tanda awal kehamilan. Namun, jika suhu basal tetap normal, hormon dalam tubuhmu sedang mengalami perubahan.
5. Frekuensi buang air kecil meningkat saat hamil
Gejala telat haid akibat hamil biasanya disertai dengan peningkatan frekuensi buang air kecil. Ini terjadi karena ginjal memerlukan banyak cairan agar kandung kemih penuh. Namun, jika kondisi ini nggak disertai keinginan untuk buang air kecil, kemungkinan penyebabnya adalah perubahan hormon.
Nah, Girls, kini kamu sudah mengetahui perbedaan telat haid akibat perubahan hormon dan kehamilan. Jika kamu aktif secara seksual dan mengalami beberapa gejala di atas, segeralah pergi ke dokter kandungan untuk memastikannya.